Rabu, 29 Mei 2013

DELTA MAHAKAM





fosi.iagi.or.id

Delta Mahakam merupakan suatu kawasan delta yang terdiri dari beberapa pulau yang terbentuk akibat adanya endapan di muara Sungai Mahakam dengan Selat Makassar, Kalimantan Timur. Jika dilihat dari angkasa, kawasan delta ini berbentuk menyerupai bentuk kipas. Kawasan Delta Mahakam memiliki luas sekitar 150.000 ha (termasuk wilayah perairan). Namun jika dihitung luas wilayah daratan saja, luas kawasan ini mencapai kurang lebih 100.000 ha. Secara administratif, kawasan Delta Mahakam berada dalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya berada di Kecamatan Anggana, Muara Jawa, dan Sanga-Sanga. Kawasan Delta Mahakam merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak bumi dan gas alam (migas). Cadangan terbesar terdapat di lapangan Peciko dan Tunu yang kini dieksploitasi perusahaan migas multinasional asal Prancis, Total E&P Indonesie. Berdasarkan pengamatan megaskopis, sedimen permukaan daerah Delta Mahakam terdiri atas lempung, lempung pasiran, pasir lempungan, lumpur pasiran, pasir, lumpur dan kerikil (Ranawijaya,dkk.2000).
syawal88.wordpress.com

Menurut Storm drr (2005), Delta Mahakam merupakan tipe delta yang didominasi oleh proses pasang-surut dan gelombang laut yang berlokasi di tepian Cekungan Kutai, Kalimantan Timur dan mempunyai runtunan stratigrafi deltaik pantai (coastal deltaic) berumur Miosen hingga Holosen. Stratigrafi paparan berumur Kuarter di mana Sungai Mahakam berprogradasi menunjukan dominasi perulangan sedimen karbonat paparan dan endapan delta silisiklastik sebagai respon dari adanya perubahan muka air laut. Endapan paparan ini telah dipengaruhi oleh arus laut yang kuat dari Selat Makassar berarah utara-selatan. Roberts (2001) menunjukan bahwa sedimen prodelta Holosen Delta Mahakam telah dibatasi menjadi paparan bagian dalam (inner shelf) di sektor bagian utara, sedangkan di sektor bagian tengah merupakan delta front namun dibelokan ke arah selatan membentuk massa fasies prodelta yang luas. Paparan bagian tengah-luar didominasi oleh topografi tanggul, berupa individu bioherm (Halimeda) dan agregat.
Penelitian Crumeyrolle dan Renaud (2003) menunjukan adanya relif tanggul di lepas pantai Delta Mahakam yang terkadang membentuk bidang erosi dengan topografi yang bervariasi antara 10 – 30 m (rata-rata 20 m). Tanggultanggul (diapirism) ini membentuk Halimeda lumpur terigenik yang kaya akan biota laut dan hidup pada permukaan transgresif perairan yang jernih. Bioherm (Halimeda) paparan bagian dalam secara perlahan terkubur oleh sedimen Delta Mahakam kala Holosen. Di bawah permukaan transgresif Plistosen-Holosen, endapan sedimen menandakan tahapan masa sistem susut laut yang terdiri dari jaringan fluvial, isian gerusan lembah alluvium (channel fill), dataran delta agradasi dan endapan paparan serta kipas delta progradasi.

Tatanan Tektonik Daerah Mahakam
Tatanan tektonik cekungan kutai dapat diringkas sebagai berikut:
• Awal Synrift (Paleosen ke Awal Eosen): Sedimen tahap ini terdiri dari sedimen aluvial mengisi topografi NE-SW dan NNE-SSW hasil dari trend rifting di Cekungan Kutai darat. Mereka menimpa di atas basemen kompresi Kapur akhir sampai awal Tersier berupa laut dalam sekuen.
• Akhir Synrift (Tengah sampai Akhir Eosen): Selama periode ini, sebuah transgresi besar terjadi di Cekungan Kutai, sebagian terkait dengan rifting di Selat Makassar, dan terakumulasinya shale bathial sisipan sand.
• Awal Postrift (Oligosen ke Awal Miosen): Selama periode ini, kondisi bathial terus mendominasi dan beberapa ribu meter didominasi oleh akumulasi shale. Di daerah structural shallow area platform karbonat berkembang
• Akhir Postrift (Miosen Tengah ke Kuarter): Dari Miosen Tengah dan seterusnya sequence delta prograded secara major berkembang terus ke laut dalam Selat Makassar, membentuk sequence.
Delta Mahakam, yang merupakan bagian utama pembawa hidrokarbon pada cekungan. Berbagai jenis pengendapan delta on – dan offshore berkembang pada formasi Balikpapan dan Kampungbaru, termasuk juga fasies slope laut dalam dan fasies dasar cekungan. Dan juga hadir batuan induk dan reservoir yang sangat baik dengan interbedded sealing shale. Setelah periode ini, proses erosi ulang sangat besar terjadi pada bagian sekuen Kutai synrift.
syawal88.wordpress.com

Model Pengendapan Delta Mahakam
Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997) Menurut Boggs, 1987 (Dalam Allen, 1998), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas (Upper Delta Plain) didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan oleh pengaruh laut terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai – sungai pada sistem fluvial tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga yaitu : delta plain, delta front dan prodelta

syawal88.wordpress.com
Model Lingkungan Pengendapan Delta Mahakam (Allen 1998)

Potensi Hidrocarbon Daerah Delta Mahakam
Pembahasan pengelolaan Delta Mahakam oleh Perusahaan asing sedang hangat saat ini, hal ini tak lain karena potensi gas dan minyak sangat tinggi didaerah ini. Delta Mahakam dan sekitarnya mempunyai potensi batubara yang relatif berukuran antara lignit sampai bituminous, punya potensi tinggi dalam minyak, gas dan Kondensat.
syawal88.wordpress.com

Delta Mahakam Menuju Kehancuran

geografiuntukmu.blogspot.com

Seiring dengan besarnya potensi ekologis dan ekonomi Delta Mahakam, maka perkembangan jumlah penduduk di wilayah ini meningkat pesat, khususnya di wilayah pesisir Delta Mahakam. Perkembangan jumlah penduduk yang didominasi oleh arus imigrasi ini menimbulkan konsekuensi logis pada perubahan ekosistem pesisir, khususnya kerusakan hutan mangrove. Kerusakan sistemik ekosistem mangrove yang dikonversi ke pemanfaatan lain seperti tambak, pemukiman, industri dan lain sebagainya dapat menyebabkan kerusakan ekosistem keseluruhan Delta Mahakam, apabila tidak dikendalikan dan dikelola dengan baik. Padahal dari sisi peraturan, Delta Mahakam adalah Kawasan Budididaya Kehutanan yang tidak dengan begitu saja dapat dikonversi. Pada saat ini sulit ditemui hutan mangrove dalam kondisi baik di berbagai wilayah di Indonesia, hal yang sama terjadi di kawasan Delta Mahakam yang saat ini hutan mangrovenya banyak di konversi untuk pengusahaan tambak atau pemukiman. Dalam rangka mengembalikan fungsi keberadaan ekosistem hutan mangrove perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan bijaksana, di antaranya dengan cara melakukan realokasi pemanfaatan/penggunaan lahan di wilayah pesisir, rehabilitasi lingkungan dan pembuatan “sabuk hijau” (green belt) mangrove di sepanjang pantai dan tepi sungai.
Kerusakan maupun degradasi mangrove yang terjadi di Delta Mahakam di antaranya disebabkan pembangunan jalan pipa oleh perusahaan minyak dan untuk pembuatan tambak udang serta eksploitasi kayu untuk berbagai kepentingan. Perusahaan tambang yang dituding merusak lingkungan sekitar Delta Mahakam adalah perusahaan Inpex asal Jepang serta perusahaan Total E&P dari Prancis. Kontrak Total dan Inpex di Blok Mahakam akan berakhir pada 2017 mendatang. Koordinator Divisi Hukum Jaringan Advokasi Tambang JATAM, Merah Johansyah Ismail mengatakan, sekitar 80 persen Delta Mahakam saat ini rusak berat akibat operasi pengerukan minyak secara besar-besaran. Sejumlah perusahaan selain Total dan Inpex juga turut andil dalam pengeboran minyak di Blok Mahakam yang disebut-sebut sebagai ladang gas primadona di Indonesia. Ladang minyak di kawasan itu diperkirakan masih akan produktif hingga 2030 mendatang.
Kondisi lingkungan Delta Mahakam saat ini sangat kritis, dengan indikasi ekosistem mangrove yang merupakan ekosistem dominan delta, kini mengalami tekanan yang luar biasa, karena lebih 80% luasan mangrove yang ada telah dirubah peruntukannya dan sebagian besar menjadi kawasan pertambakan (Kusumastanto, 2009). Berdasarkan Citra Satelit SPOT, dapat dilihat kecenderungan penurunan luasan ekosistem mangrove dan vegetasi yang terus meningkat dan berubah fungsi menjadi tambak. Luas hutan mangrove di Delta Mahakam semula diperkirakan mencapai 120.00 ha, namun saat ini yang tersisa hanya 20 %-nya (Creocean, 2000). Gambar 1 berikut adalah gambaran perubahan penggunaan lahan dari tahun 1992-1998.
mbojo.wordpress.com
Gambaran sebagian Delta Mahakam dari Citra satelit SPOT. Warna merah mengindikasikan tutupan vegetasi, termasuk hutan mangrove. (a) Tahun 1992, tambak udang hanya meliputi 4 % dari luas hutan mangrove. (b). Tahun 1998, tambak udang telah merusak 41% dari luas hutan mangrove. (c) Inset dari daerah di dalam kotak bergaris putih pada gambar (b), menunjukkan pola tambak yang berkembang di kawasan tersebut. (Diadaptasi dari berbagai sumber, 2009)
Demikian pula laju perubahan di lahan mangrove di atas diikuti dengan meningkatnya secara drastis luasan tambak yang dibuka, hal ini menunjukkan keterkaitan kuat bahwa deforestasi yang terjadi adalah untuk dibuka menjadi tambak dan pemukiman. Laju deforestasi besar-besaran terjadi sekitar tahun 1991-1996. Gambar 2 menunjukkan tren deforestasi mangrove di wilayah ini. Sementara Gambar 3 menunjukan bahwa seiring dengan berkurangnya luasan hutan nipah (Nypa sp) dan hutan bakau diikuti dengan meningkatnya luasan tambak.
Gambar 2. Laju Deforestasi Delta Mahakam dari Tahun ke Tahun (Creocean dalam PKSPL IPB, 2009)

indomarine.or.id

Gambar 3. Proses perubahan lahan secara drastis di Delta Mahakam sebagai dampak krisis moneter. Perubahan paling besar dialami oleh hutan nipah (dimodifikasi dari Bourgeois et al., 2002).
 
indomarine.or.id
Hilangnya hutan mangrove berpengaruh terhadap penurunan daya dukung fisik pesisir, yang dapat berakibat pada penurunan potensi sumberdaya perikanan, intrusi air laut, peningkatan laju abrasi dan hilangnya biodiversitas. Semenjak tahun 1996, laju abrasi diperkirakan mencapai sekitar 1.4 km2 per tahun; sementara sebelumnya hanya sekitar 0.13 km2 per tahun (Levang, 2002).
Akibat laju deforestasi ini juga berupa peningkatan laju abrasi pantai sebesar 10 kali lipat yang diakibatkan oleh tidak adanya greenbelt. Dampak lainnya yang sekarang dirasakan adalah intrusi air laut ke sumur-sumur di wilayah-wilayah hilir delta sampai puluhan kilometer, sehingga air menjadi payau, terutama saat musim kemarau. Hal ini terjadi karena ekosistem mangrove yang dulu menjadi filter alam sekarang sudah hilang sehingga air laut jauh masuk ke wilayah delta.
Ancaman terbesar dari hilangnya ekosistem mangrove adalah hilangnya sumber kehidupan alami bagi sumberdaya hayati perikanan maupun non perikanan, seperti hilangnya spesies air tawar, jenis mangrove yang tidak tahan air asin karena masuknya air laut sampai jauh, hilangnya tempat bertelur, sumber pakan ikan, tempat memijah dan tempat pengasuhan bagi sumberdaya ikan laut, sehingga stok ikan di laut berkurang.
Bila melihat kondisi nyata Delta Mahakam maka sangat mendesak dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi yang mengkhawatirkan tersebut. Beberapa program pengelolaan Delta Mahakam telah diusahakan, namun belum dapat mengatasi masalah yang dihadapi, diantaranya diakibatkan oleh factor-faktor yang menjadi kendala yakni belum adanya penataan ruang yang baik dan memiliki kekuatan hukum, tumpang tindih kewenangan dan kelembagaan dalam pengelolaan, berkembangnya aktivitas yang merusak kawasan delta, serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan.

Pengelolaan Delta Berkelanjutan
Pemecahan permasalahan dalam pengelolaan delta memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi serta dalam implementasinya perlu melibatkan seluruh stakeholders, baik pemerintah daerah, masyarakat maupun pelaku aktifitas ekonomi (industri, pengusaha, nelayan, dan pihak lainnya). Pendekatan dalam pemecahan masalah ini pada prinsipnya dapat dilakukan melalui pendekatan ekosistem, ekonomi, sosial dan kelembagaan.

Pendekatan Ekosistem
Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan kawasan delta adalah pengelolaan yang dilakukan dengan berbasiskan kepada pengetahuan dan pemahaman kondisi ekosistem perairan di kawasan delta. Seperti diketahui, delta adalah sebuah ekosistem perairan pesisir, semi tertutup dan merupakan perairan yang sangat dipengaruhi oleh masukan air dari daratan melalui sungai maupun dari laut. Dalam arti kata, ekosistem perairan pesisir, delta tidak berdiri sendiri dan sangat dipengaruhi oleh ekosistem daratan melalui sungai dan laut lepas. Sehingga, pengelolaan kawasan delta tidak bisa di lepaskan dari pengelolaan kawasan DAS serta lautan. Pengelolaan kawasan DAS, dan laut/lautan, sesuai dengan pendekatan IRCOM menjadi penting mengingat, khususnya dalam hal pencemaran perairan, sumbangan bahan pencemar terbesar nampaknya masih didominasi oleh masukan dari sistem DAS. Demikian pula ekosistem dan aktivitas berbasiskan laut juga berpengaruh terhadap pengelolaan delta, misalkan red tide, dampak perubahan iklim yang mengakibatkan naiknya paras muka laut, tsunami atau pencemaran minyak yang berasal dari laut (seaborne).

Pendekatan Sosial-Ekonomi-Budaya
Ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan budaya, pengelolaan wilayah delta beserta sumberdaya alam di dalamnya, seharusnya memberikan manfaat terbesar kepada masyarakat pesisir sebagai pelaku utama pemanfaat/pengelola sumberdaya tersebut. Oleh karena itu, segala aktivitas pembangunan di wilayah delta diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir tanpa mengorbankan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat serta kelestarian sumberdayanya.. Dengan demikian kebijakan pengelolaan pesisir ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan budaya yang harus diterapkan diantaranya sebagai berikut:
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir sekitar delta dan memastikan bahwa mereka mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari kegiatan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya delta. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan sumberdaya delta dalam kerangka pengelolaan berbasis IRCOM. Memasyarakatkan pengelolaan delta yang berkelanjutan dan diikuti dengan upaya-upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir, melalui pengembangan mata pencaharian alternatif agar aktivitas pemanfaatan tidak melebihi daya dukung delta.

Pendekatan Sosial-Politik
Perencanaan pengelolaan wilayah delta harus dilakukan secara independen tanpa ada tekanan dari pihak lain. Artinya bahwa pihak perencana harus bebas menentukan arah pengelolaan wilayah delta berdasarkan kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan dengan memrtimbangkan kepentingan seluruh stakeholders. Penyusunan perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya di wilayah delta hendaknya dilakukan secara bijaksana denga membertimbangkan aspek ekologis, sosial dan ekonomi. Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya pesisir khususnya delta, juga harus diikuti pendidikan politik bagi seluruh pelaku pembangunan di wilayah pesisir, untuk menciptakan kesamaan pandangan terhadap pengelolaan wilayah delta.

Pendekatan Hukum dan Kelembagaan
Pengaturan hukum dan kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya delta, pada dasarnya merupakan unsur penting bagi pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Oleh karena itu pengaturan hukum dan kelembagaan hanya akan dapat memberikan peranannya secara maksimal apabila kebijakan pengelolaan sumberdaya delta telah ditetapkan didasarkan pada aspek legal yang kuat serta dukungan lembaga yang dapat berperan aktif. Pemilihan kebijakan pengelolaan harus memiliki landasan teoritis dan praktis dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya alam yang tersedia serta proyeksi pemanfaatannya di masa depan, baik untuk sumberdaya pulih, tidak pulih maupun untuk jasa-jasa lingkungan di wilayah delta. Peranan pengaturan hukum dan kelembagaan sangat menentukan bagi keberlanjutan pelaksanaan kebijakan yang telah menjadi pilihan guna mencapai tujuan pengelolaan delta secara berkelanjutan

Daftar Pustaka
http://geografiuntukmu.blogspot.com/2011/04/gawat-75-persen-hutan-mangrove-kaltim.html
                                                                                                              
 








Kamis, 09 Mei 2013

Kamis, 18 April 2013

CAHAYA

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern.

Sifat-Sifat Cahaya
1. Cahaya Merambat Lurus
2. Cahaya Menembus Benda Bening
3. Cahaya Dapat Dipantulkan
4. Cahaya dapat direfraksikan atau dibiaskan
5. Cahaya itu tidak bermuatan sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh suatu medan magnet dan suatu medan listrik.
6. Cahaya itu juga dapat didispersikan atau diuraikan.
7. Cahaya itu juga dapat mengalami interferensi atau penggabungan dari beberapa gelombang cahaya.

Pemantulan Cahaya
Pemantulan cahaya terbagi menjadi dua yaitu pemantulan teratur  dan pemantulan baur (pemantulan difus). Pemantulan teratur terjadi jika berkas sinar sejajar jatuh pada permukaan halus sehingga berkas sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dan searah, sedangkan pemantulan baur terjadi jika sinar sejajar jatuh pada permukaan yang kasar sehingga sinar tersebut akan dipantulkan ke segala arah dengan berkas sinar pantul yang menyebar. Hikmahnya adalah manusia dapat melihat benda di sekitar benda yang terkena cahaya. Begitulah alam mengajari kita, yang jika kita gali ilmunya akan memberi manfaat yang luar biasa.           
http://tips-trikbloger.blogspot.com/2012/05/hukum-snellius-pemantulan-cahaya.html
Dari penelitian tentang pemantulan cahaya ini, Seorang ahli matematika berkebangsaan belanda yang bernama Willebrod Snellius (1591 – 1626) dalam penelitiannya ia berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya yang berbunyi :
  1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
  2. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul ( i = r )
Pemantulan pada Cermin Datar
http://idris-pamekasan.blogspot.com/2012/07/pemantulan-cahaya-hukum-pemantulan.html
Sifat bayangan cermin datar bersifat maya karena bayangan tersebut diperoleh dari hasil perpotongan perpanjangan sinarpantul. Bayangan yang terbentuk oleh cermin datar juga bersifat tegak dan sama besar karena bayangan yang dibentuk sama persis letak dan ukurannya dengan letak dan ukuran benda.

Pemantulan pada cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin yang permukaan pantulnya melengkung ke dalam.
Gambar Cermin cekung akan mengumpulkan sinar pantul (konvergen).
http://rezatrisutrisno.wordpress.com/2012/04/08/cahaya/
Cermin cekung memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a. Cermin cekung akan memantulkan sinar-sinar sejajar menuju titik fokusnya.
b. Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya atau disebut konvergen.
Sinar istimewa cermin cekung
http://semi-yanto.blogspot.com/2011/10/cermin-cekung.html
Pemantulan pada Cermin Cembung
Cermin cembung adalah cermin yang permukaan pantulnya melengkung ke luar.
http://rezatrisutrisno.wordpress.com/2012/04/08/cahaya/
Cermin cembung akan menyebarkan sinar pantul (divergen).
Cermin cembung memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a) Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus.
b) Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya atau disebut divergen.
Sinar istimewa pada cermin cembung
http://hsaidbenmar.blogspot.com/2013/04/cermin-cembung.html

Pembiasan
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya. Sebagai contoh sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air dan bening akan terlihat patah.
Sinar-sinar lensa cembung:

http://dc445.4shared.com/doc/fm4hOb1m/preview.html

Sinar-sinar pada lensa cekung:
http://dc445.4shared.com/doc/fm4hOb1m/preview.html



Daftar Pustaka
·       
id.wikipedia.org/wiki/Cahaya
http://semi-yanto.blogspot.com/2011/10/cermin-cekung.html